Mental Pedagang by Christina Lie
Jujur gw itu sebel sama orang SKSD yang bentar-bentar bilang
“Oh si anu itu temen gw, si ono deket sama gw, gw kenal baik sama si anu loh”
Sebelnya itu kalau dia menggunakan nama orang tertentu buat dia escalate his own image di depan lawan bicaranya.
Padahal si anu dan si ono belum tentu kenal deket, atau mungkin malah cuma pernah foto bareng aja pas kopdar atau ketemu di event tertentu.
—
Gw pernah diundang jadi pembicara webinar sama seseorang yang terkenal “licin kayak belut” alias licik dan udah sering diomongin di kalangan inner circle temen-temen gw.
Dia PM, nulis kayak
Ci, saya mau undang jadi pembicara, yang isi acara ini ada si A, B, C, D juga
Kebetulan gw kenal sama si A, B, C dan gw heran “ha seriusan mereka mau isi? karena si A, B, C ini tau jejak aib orang ini yang gak ada etika.
Ya tinggal gw confirm aja dong ke si A B C, bener aja, mereka juga dapet PM bilang “Christina udah confirm utk isi acara ini” (padahal gw kagak pernah bilang iya, gw bales aja belon, baru read doang)
Nah the same thing kayak dulu dulu sering banget ada orang yang bilang
“Ci, gw mau partneran sama orang ini, elo kenal kan ci si Otoy?” (Bukan nama sebenernya ya)
Ha?? Otoy siapa?
“Lah ci, dia bilang temen deket elo, ini dia ada foto bareng elo”
Bah, masa cuma karena gw pernah foto sama dia, itu pun foto pas acara ribuan orang, mana inget guee
“Jadi, menurut cici orangnya kayak gimana”
Ih meneketehe 🤣🤣
—-
Begitulah,
If your business or your product is really that good, you won’t need to drop anybody’s name .
Orang yang gw nilai hebat itu bukan dari seberapa banyak followernya, tapi dari seberapa banyak dia bisa bikin orang-orang hebat berikutnya
DULU BADUT BERGAJI 30 RIBU, KINI JADI PRESENTER & PENGUSAHA SUKSES
https://youtu.be/4dmtys2nZeM
-----------------------------------
RORY ASYARI Rory Asyari (lahir di Solo, 12 Mei 1987) adalah jurnalis dan news anchor. Pria yang terpilih sebagai Putra Solo 2006 dan Pemenang Cosmo Male 2009 ini merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret. Ia sering tampil dalam acara Metro Hari Ini dan Primetime News di Metro TV.
Sejak bulan September 2014 Rory mengikuti studi jurusan Komunikasi Politik Internasional di Sheffield University yang lulus pada bulan September 2015 dan kemudian ia kembali ke Indonesia untuk melanjutkan kariernya.
Namun, pada tanggal 20 April 2017 sehari setelah Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2017 putaran kedua, Rory sempat memutuskan mengakhiri kariernya sebagai jurnalis dan news anchor di Metro TV.
Ia sempat bekerja sebagai konsultan komunikasi dan public relations di FleishmanHillard Indonesia. Pada pertengahan November 2018, ia kembali bergabung ke Metro TV. Hingga pada September 2020, ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari Metro TV, untuk berfokus menjadi seorang wirausahawan.
Bersama temannya, Rory menjalankan bisnis Sleep Project Indonesia. Sleep Project Indonesia menyediakan koleksi perlengkapan tidur mulai dari seprai, sarung bantal, sarung guling, bedcover, quilt cover, duvet atau isian selimut, robe, hingga piyama dengan kualitas terbaik.
Yuk Simak Videonya.
https://youtu.be/4dmtys2nZeM
https://youtu.be/4dmtys2nZeM
https://youtu.be/4dmtys2nZeM
Jam 1 pagi ngelongok, si kay belum tidur.. dan kebetulan gw pake baju tidur longdress yang kainnya geber geber gitu bahannya..
Kay: mami where are you going?
Gw: ha? mami mau tidur laa
Kay: why are you so dressed up?? (matanya mulai menyelidik gitu)
Gw: dress up what? Ini kan baju tidur yang mami beli di bali.
Kay: mami.. seriously (mulai nyamperin dan pegang tangan gw sambil berbisik) .... are you going somewhere cheating on papi, while papi is sleeping?
** 🤣🤣🤣🤣 gubrak **
( Pengen gw toyor-toyor ini anak, abis nonton apaan pula kali )
Banyak yang suka ngomporin gue, bahkan member-member 101red, ketika ada 1 brand itu rame di 101red.
ci, bikin dong ci..
iya ci, kalau cici bikin sendiri kan, harganya pasti jadi lebih murah kan ci sebagai tangan pertama.
===
Orang yang kenal gue deket, tau lah, integritas gue itu seperti gimana.
Mau ada brand serame apapun yang laris di 101red, bahkan pabriknya tau tau nawarin gue untuk bikin yang serupa sambil ngumbar modal bikin produk itu jauh lebih murah dari harga yang dikasih si pemilik brand itu ke gue.
gue malah langsung black list itu pabrik.. bahkan pernah gw semprot "kamu kok jualan gak ada etika gini ya, gimana saya mau mempercayakan brand saya ke kamu kalau cara berbisnis kamu itu seperti ini"
===
kadang orang tuh lupa ya,
biaya membesarkan sebuah brand itu mahal.
biaya membuat brand itu jadi viral, dikenal orang.
sebuah brand yang jadi viral, bukan hanya andil dari pabriknya yang bikin produk ini bagus, andil pabrik membuat brand kualitas baik itu terlihat dari seberapa banyak produk buatannya itu mendulang repeat order.
Patut diingat,
Orang membeli pertama kali, bukan karena produknya bagus (gimana dia tau bagus atau nggak, wong dia belum pernah beli kan)
Orang membeli pertama kali karena persepsi yang dibentuk dari produk tersebut seperti:
"wih banyak influencer yang pake" (padahal endorse --> endorse emangnya gak butuh duit?)
"wih yang beli ngantri"
"wih iklannya keren ya, professional, bukan abal-abal berarti ya" (emangnya bikin iklan gak pake duit buat bayar fotografer, model, videografer, belum lagi budget iklannya)
"wah ini produk gue banget, gue lagi butuh produk ini" (emangnya si pabrik yang menentukan formula apa yang lagi dibutuhkan target audience kita?, ya kan si pemilik brandnya yang mikir toh)
=====
Saya sendiri lebih memilih bekerjasama dengan pemilik brand yang memang passionate dengan brandnya, yang treat their brand like their own baby, jadi bukan yang modal hit and run, apalagi cuma modal ngiklan, tapi ternyata produknya jelek (bikin malu gue juga dong sebagai distributornya)
Pemilik brand yang model hit and run ini soalnya cukup banyak, produknya ternyata gak sebagus klaim di iklannya, atau dia sendiri gak bisa jaga harga jual, begitu brandnya hancur (alias boro-boro ada repeat order), dia bikin lagi aja brand baru.
nah ogah gue kalau ketemu pemilik brand yang model begini.
=====
Dan risiko pemilik brand itu juga tinggi,
Resiko stock mati karena kejar-kejaran dengan limit expired date dari produk itu sendiri.
Selain biaya yang tinggi, belum lagi strategi marketingnya, mikirin kontennya, gimana biar brand-nya ini gak cuma seasonal, tapi dari tahun ke tahun tetap membangun konsumen yang loyal, nah hal ini dikira murah dan mudah kali ya?
=====
Jadi gue cuma bilang, kita kita ini juga jadi pemilik brand, atau yang belum punya brand, lalu mau bikin brand sendiri,
Jangan hanya tergiur dengan apa yang lagi ramai saja, yang lagi viral, lalu cuma taunya ikut-ikutan tanpa ada soul dari kitanya sendiri, ibarat hanya memiliki mental pedagang ketimbang pengusaha yang lebih berpikir jangka panjang.
Mental pedagang, biasanya cuma taunya keluar modal dari bikin produk saja, yang dibikin plek-plek sama/mirip dengan brand yang lagi viral, dan jarang yang mau paham proses brandingnya setelah itu. Rata-rata taunya, gue bikin yang sama, jual lebih murah, pasti rame!
ada lagi yang segala apa juga dijual, bentrok sana sini nichenya, tapi gak ada yang fokus, ya akhirnya semuanya cuma "jadi" setengah-tengah.
Beda hal dengan seseorang yang memiliki banyak bisnis ya, biasanya orang yang memiliki banyak bisnis itu, karena tiap bisnisnya sudah ada key person masing-masing yang memang treat tiap bisnisnya itu like their own baby.
Jadi lebih ke arah dia invest, dan memberi input sesuai keahlian dia, jadi bukan cuma dia yang mikirin semua itu bisnisnya atau kayak one man show sendirian, gak bakalan kepegang.
Demikian :)
Salam sayang,
Christina Lie
Posting Komentar untuk "Mental Pedagang by Christina Lie"
Posting Komentar